Berita

Relokasi Pasar Barito: Legislator PSI Ingatkan Gubernur DKI Jakarta Tak Paksakan Proyek Taman

×

Relokasi Pasar Barito: Legislator PSI Ingatkan Gubernur DKI Jakarta Tak Paksakan Proyek Taman

Sebarkan artikel ini
Anggota DPRD DKI Jakarta, August Hamonangan dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Foto: psi.id.

JELAJAH BERITA – Anggota DPRD DKI Jakarta, August Hamonangan dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI), meminta Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, untuk menunda rencana pembangunan Taman Bendera Pusaka.

Proyek ini memicu polemik karena akan merelokasi pedagang dari Pasar Barito, sebuah langkah yang dinilai merugikan dan mengabaikan kemanusiaan para pedagang.

Pada Minggu (03/08/2025), August Hamonangan menyatakan bahwa meski ambisi gubernur untuk menyatukan tiga taman menjadi kota yang lebih hijau itu patut dihargai, proyek ini tidak boleh mengorbankan nasib para pedagang.

“Ambisi ini tidak boleh mengorbankan nasib para pedagang Pasar Burung Barito,” tegasnya.

Relokasi ini rencananya akan menggusur Pasar Barito, yang telah menjadi ikon Jakarta Selatan sejak diresmikan oleh Gubernur Ali Sadikin pada tahun 1970.

Pasar yang dulunya ramai dengan pedagang ikan dan bunga ini sekarang menjadi pusat bagi komunitas pecinta burung. Proyek taman yang akan dibangun akan melebur Taman Langsat (yang mencakup Pasar Barito), Taman Ayodya, dan Taman Leuser.

Penolakan Pedagang dan Lokasi Alternatif yang Belum Layak

Pedagang Pasar Barito secara tegas menolak rencana relokasi ini. Batas akhir untuk mengosongkan kios mereka seharusnya sudah jatuh pada hari ini, namun para pedagang tetap menolak.

August Hamonangan menyebut bahwa aspirasi para pedagang yang diterima PSI menunjukkan penolakan kuat karena lokasi relokasi yang ditawarkan tidak layak.

Salah satu lokasi permanen yang disiapkan adalah di Jalan Raya Lenteng Agung Timur, Jagakarsa. Lokasi ini masih berupa lahan kosong yang belum siap digunakan.

Sementara itu, opsi relokasi sementara di Pasar Mampang Prapatan dinilai tidak memadai. Selain itu, ada juga opsi lain yang ditawarkan, seperti ke Pasar Cidodol, namun juga dianggap tidak layak oleh para pedagang.

Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan juga telah mengusulkan beberapa pasar lain yang dikelola Perumda Pasar Jaya sebagai alternatif, di antaranya Pasar Pondok Indah, Pondok Labu, Tebet Barat, Tebet Timur, Bata Putih, dan Kebayoran Lama.

Meskipun demikian, para pedagang tetap diminta untuk sementara pindah ke Pasar Mampang sambil menunggu lokasi di Lenteng Agung selesai dibangun.

Dampak Relokasi di Luar Pedagang

August Hamonangan juga menyoroti dampak lain dari relokasi yang dianggap belum dikaji secara mendalam oleh Pemprov DKI Jakarta.

Menurutnya, relokasi ini tidak hanya mengancam penghidupan 137 pedagang yang bergantung pada kios mereka, tetapi juga komunitas pembeli, terutama para pecinta hewan yang mengandalkan Pasar Barito untuk mencari burung dan perlengkapan lainnya.

“Pemprov DKI belum melakukan kajian mendalam terkait dampak relokasi terhadap pelanggan Pasar Burung Barito,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa pelanggan pasar ini adalah pembeli tetap yang bergantung pada pasar ini untuk kebutuhan harian seperti pakan burung.Menanggapi polemik ini, August mengusulkan dua hal.

Pertama, mempertahankan Pasar Barito sebagai ikon Jakarta Selatan. Kedua, jika relokasi memang tidak terhindarkan, lokasi baru harus sudah tersedia dan siap digunakan sepenuhnya.

“Pembangunan taman dapat ditunda terlebih dahulu sebelum Pemprov DKI mencapai kesepakatan dengan para pedagang,” tutupnya.***

Sumber: psi.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *